Pemanfaatan Barang Bekas Dan Sekam Padi Sebagai Media Tanam Hidroponik Rakit Apung Di Desa Tugumulyo Kecamatan Lempuing Kabupaten Ogan Komering Ilir
DOI:
https://doi.org/10.32502/asabiyah.v1i2.73Keywords:
Desa, Bahan Organik, Sekam Padi, Barang Bekas, Hidroponik, Rakit ApungAbstract
Pada masyarakat desa penyediaan bahan pangan yang bersumber dari tumbuhan seperti sayuran manis mendominasi minat masyarakat. Saat ini sistem penanaman didesa terbatas pada sistem pertanian konvesional yang membutuhkan lahan yang cukup luas. Seiring berjalannya waktu dan juga jumlah penduduk yang terus meningkat, lahan pertanian produktif semakin berkurang. Salah satu sistem pertanian yang dapat digunakan pada lahan sempit yaitu sistem hidroponik. Pemanfaatan bahan organik seperti arang sekam padi sangat potensial digunakan sebagai komposit media tanamalternatif untuk mengurangi penggunaan top soil. Salah satu kelebihan penggunaan bahan organik sebagai media tanam adalah memiliki struktur yang dapat menjaga keseimbangan aerasi. Bahan-bahan organik terutama yang bersifat limbah yang ketersediaannya melimpah dan murah dapat dimanfaatkan untuk alternatif media tumbuh yang sulit tergantikan. Bahan organik mempunyai sifat remah sehingga udara, air, dan akar mudah masuk dalam fraksi tanahdan dapat mengikat air. Hal ini sangat penting bagi akar bibit tanaman karena media tumbuh sangatberkaitan dengan pertumbuhan akar atau sifat di perakaran tanaman (Putri 2008). Pemanfaatan barang bekas dapat mengurangi jumlah sampah di lingkungan sekitar, adapun jenis barang bekas yang dapat dimanfaatkan sebagai media tanam Hidroponik yaitu ember cat. Selain mudah di dapatkan ember cat juga dapat disimpan di depan rumah sehingga tidak membutuhkan tempat yangluas untuk pembuatan hidroponik rakit apung sederhana ini. Secara sederhana, sekam padi dapat dijadikan sebagai media pertumbuhan untuk tanaman dengan sistem hidroponik dengan cara membakar sekam padi menghasilkan arang sekam. Arang sekam padi dibuatdengan cara membakar kulit padi kering di atas tungku pembakaran dan sebelum bara sekam menjadi abu dilakukan perlakuan penyiraman dengan air bersih untuk memperoleh hasil berupa arang sekam (sekam bakar) (Gustia 2013).