Psikoedukasi Menjaga Kesehatan Mental untuk Mempersiapkan Orientasi Karir di Masa Depan Pada Mahasiswa
Psikoedukasi Menjaga Kesehatan Mental untuk Mempersiapkan Orientasi Karir di Masa Depan pada Mahasiswa
DOI:
https://doi.org/10.32502/altifani.v5i2.796Kata Kunci:
psikoedukasi, kesehatan mental, orientasi karirAbstrak
Tema dari kegiatan ini adalah psikoedukasi menjaga kesehatan mental untuk mempersiapkan orientasi karir di masa depan pada mahasiswa. Perkembangan zaman yang semakin maju diikuti dengan perkembangan teknologi membuat lapangan pekerjaan semakin kompetitif. Mahasiswa sebagai calon pencari kerja memiliki tuntutan yang besar untuk meraih kesuksesan dalam karirnya, dan memegang harapan besar bagi orang tuanya. Hal ini tentu saja menjadi beban dan tanggung jawab yang tidak ringan untuk dijalankan sebagai mahasiswa. Berdasarkan teori perkembangan, mahasiswa merupakan individ yang memasuki tahap perkembangan dewasa awal, dimana pada tahap ini individu memiliki tugas perkembangan yaitu memiliki orientasi dan kemandirian dalam pilihan karirnya. Sedangkan proses penyusunan rencana karir ini tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan, yang salah satunya adalah jenjang universitas. Individu yang melalui proses pendidikan, yang salah satunya adalah pada jenjang universitas. Individu yang melalui proses pendidikan diharapkan mampu terus berkembang pada setiap tahapan untuk menghadapi kehidupan di masa depan. Jika dilihat berdasarkan rentang perkembangan, mahasiswa berada pada tahap remaja akhir dan dewasa awal, dimana kondisi mental yang tidak stabil, serta adanya konflik, tuntutan serta perubahan suasana hati. Kondisi ini dapat mempengaruhi proses akademik yang dilalui oleh mahasiswa, seperti penurunan nilai akademik yang sering terjadi pada mahasiswa mengalami depresi. Maka, dari sini perlu dipahami bahwa kondisi kesehatan mental mahasiswa cukup penting untuk diantisipasi dampaknya yang merugikan mahasiswa, institusi, keluarga, lingkungan, serta orientasi karir di masa depan. Kesehatan mental menjadi salah satu aspek utama yang menjadi perhatian bersama.
Referensi
Badan Pusat Statistik. (2022). Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (Orang).
Carlson, D.S., Derr, C.B. & Wadsworth, L.L. The Effects of Internal Career Orientation on Multiple Dimensions of Work-Family Conflict. Journal of Family and Economic Issues 24, 99–116 (2003). https://doi.org/10.1023/A:1022487121260
Heiligenstein E, Guenther G, Levy A, Savino F, Fulwiler J. (1999). Psychological and academic functioning in college students with attention deficit hyperactivity disorder. Journal of American College Health. 47(4): 181-185. https://doi.org/10.1080/07448489909595644
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (5th ed.). Erlangga.
Santrock, J. W. (2001). 8th Edition Adolescene. New York: McGrow-Hill.
Simarmata, I. N. P., Aritonang, N. N. G., & Uyun, M. (2023). Kecemasan Mahasiswa Dalam Menghadapi Dunia Kerja Ditinjau Dari Self-Efficacy dan Jenis Kelamin. Jurnal Ilmiah Psikologi, 11(2), 195–203.
Wattimena, R. A. (2017). Pendidikan Gila Gelar? Pemikiran Julian Nida- Rümelin tentang ―Kegilaan Akademisasi‖ (Akademisierungswahn) di Uni Eropa dan Amerika Serikat serta Arti Pentingnya untuk Keadaan Indonesia. Jurnal Wanua Jurusan Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin, 3(3), 305–327.
Winurini, S. (2021). Pengembangan Skala Orientasi Masa Depan Pendidikan pada Remaja Indonesia. Jurnal Masalah-Masalah Sosial. Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI, 12(2), 179–193. https://doi.org/10.46807/aspirasi.v12i2.2495
WHO. (2013). Mental Health Action Plan 2013-2020. Geneva: World Health Organization.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Altifani Journal: International Journal of Community Engagement

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.